Ma’af sis, jangan marah ya

Ma’af sis, jangan marah ya

Ma’af sis, jangan marah ya, ijinkan saudari mu ini menyampaikan kebingungannya.

Ma’af sis, jangan marah ya, saat pagi hari engkau berkaca, mamatut diri dengan pakaian yang belum menutup auratmu, apa yang engkau rasakan?

Ma’af sis, jangan marah ya, ketika engkau kemudian meninggalkan rumah dengan pakaian itu, apa ada tenang dihatimu? Bukankah sesuatu yang benar akan meninggalkan ketenangan dan perasaan aman, maka jika ada gelisah, ada resah, bukankah mungkin ada sesuatu yang salah?

Ma’af sis, jangan marah ya, pada saat engkau berkendara dengan kendaraan roda dua,atau menumpang angkutan umum mengenakan pakaian yang menunjukkan auratmu yang seharusnya tidak terbuka, mengapa engkau tampak kerepotan dan bahkan sengaja membeli kain untuk menutupinya?

Ma’af sis, jangan marah ya, tidakkah merasa kasihan pada para pria yang tak sengaja berpapasan denganmu kemudian terkotori fikirannya?

Maa’af sis, jangan marah ya, jika kemudian para pria itu menggodamu karena pakaian yang engkau kenakan, apakah itu murni salah mereka?

Ma’af sis, jangan marah ya, kalimat ini bukan menyalahkan mu, ataupun membela para pria bermata liar dan berperilaku tak patut itu, bukankah tidak ada kucing yang menolak ikan ketika ia tidak disimpan dengan baik? Bahkan beberapa kucing terkadang lancang mengambil ikan yang sudah ditutupi dengan rapat.

Ma’af sis, jangan marah ya, saya sedih ketika banyak dari kita, ketika diingatkan kemudian berlindung di balik jawaban “suka-suka gue” , “ini urusan saya sama Tuhan saya, bukan urusan kamu”, “hak asasi dong, mau pakai baju apa kek, gak pakai baju kek, anda siapa?”, atau kalimat yang menyesatkan seperti “ mending gak hijaban, dari pada udah berhijab tapi akhlak gak beda jauh sama yang pakai rok mini dan baju tanpa lengan”, astagfirullahaladzim.

Ma’af sis, jangan marah ya, jika ada saudari se-iman , se-aqidah, menasehatimu tentang apa saja yang tidak bertentangan dengan syari’at, maka sungguh, dia sedang memberikan hakmu, hak sebagai sesama muslim. Hak nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Ma’af sis, jangan marah ya, apabila hak asasi adalah landasanmu untuk menolak nasehat keimanan dari saudarimu, maka, sungguh adalah hak asasi mereka pula untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Mereka sedang menta’ati Pencipta nya.

Ma’af sis, jangan marah ya, ah, sungguh dunia ini memang berat godaannya, tuntutan hidup, peraturan pekerjaan, ketakutan akan kehilangan ketenaran, perhatian, seringkali membuat keputusan untuk ta’at pada Tuhan menjadi tertunda, bahkan terlupakan. Setiap kita punya alasan beragam, tapi, bukankah Tuhan harus diutamakan?

Ma’af sis, jangan marah ya, kita semua pasti mengimani, tidak ada satupun perintah dari Dia yang akan menyusahkan dan memberikan kerugian pada kita, lantas mengapa merasa begitu berat untuk ta’at?

Ma’af sis, jangan marah ya, ijinkan saudarimu ini kembali menyampaikan kalimat cinta dari Sang Maha Cinta, tentang kewajiban menutup aurat kita.

“Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan isitri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”, Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun , Maha Penyayang” (Qs. Al Ahzab (51) : 56)

Ma’af sis, jangan marah ya, hidayah adalah proses, tidak datang begitu saja, tidak diberikan tanpa usaha, jika berhijab harus melewati fase menghijabi hati dulu, maka sungguh saat ini saudarimu ini mungkin juga tidak akan mengenakan hijab seperti sekarang. Tapi Allah Maha Baik, dia tidak meletakkan syarat “menghijabkan hati” dulu sebelum berhijab.

Ma’af sis, jangan marah ya, jika “belum siap” menjadi alasan berikutnya untuk menunda, bolehkah saudarimu in bertanya, “seperti apa siap itu, apa ukurannya, kapan batas waktunya, yakinkah kita akan punya waktu sepanjang itu?”

Ma’af sis, jangan marah ya, Saya percaya setiap muslimah di seluruh dunia meyakini dan mengimani bahwa berhijab wajib hukumnya. Saya juga sangat percaya, bahwa tidak ada satupun muslimah yang tidak punya niat untuk berhijab dalam hatinya. Saya juga sangat sangat percaya, semua muslimah tidak ingin direndahkan dan dilecehkan kehormatan serta harga dirinya. Maka, saya, saudarimu ini bermohon kepada Allah Sang Pengabul Do’a, agar meneguhkan kita dalam keimanan dan keta’atan, menguatkan azzam dan keyakinan, serta meringankan hati dan langkah dalam proses menjemput hidayah, dan agar Allah menjaga, agar hati kita tidak mati dan terkunci atas nasehat keimanan dari mereka yang mencintai kita karena Dia. People are different kan ya, some mungkin cukup dicolek saja untuk diingatkan, beberapa perlu diberikan kalimat setajam silet, selebihnya butuh digampar ampe memar. But, most of all, tentu ihsan adalah cara terbaik untuk menasehati seperti yang di contohkan oleh Nabi.

Ma’af sis, jangan marah ya, saya nulisnya kepanjangan, hehehe.

Yang terakhir, riya itu seperti semut hitam di atas batu hitam digelapnya malam, dan semoga Allah SWT menghindarkan kita semua dari padanya, dan menjaga saya dari keangkuhan dan kesombongan atas apa yang saya tuliskan.

Selamat bernafas gratis muslimah, yuk berhijab ^^

SNBA

13032015

Categories: Tak Berkategori | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.